Senin, 29 Januari 2018

Sekolah menengah umum di Batam

SMA NEGERI 16 BATAM

Salah satu sekolah menengah umum negeri yang berlokasi di Batam, tepatnya Kelurahan Mangsang Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.

https://www.google.com/maps/contrib/108746713159172326867/photos/@1.0297638,104.0505664,3a,75y,90t/data=!3m7!1e2!3m5!1sAF1QipMQWaU9wizvzc3Ff9VqB8aNBWQ8sjCRvusCbCbv!2e10!6shttps:%2F%2Flh5.googleusercontent.com%2Fp%2FAF1QipMQWaU9wizvzc3Ff9VqB8aNBWQ8sjCRvusCbCbv%3Dw203-h100-p-k-no!7i1600!8i1200!4m3!8m2!3m1!1e1


Silaturahmi & Maju Bersama Treni

Silaturahmi & Maju Bersama Treni

Tujuan utama Treni adalah untuk membantu masyarakat dengan menyediakan melalui penghematan terstruktur dan berjamaah.
Treni ingin menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang selaras dengan inovasi yang terus diberikan dalam menunjang kehidupan.
Kerjasama adalah nilai yang kami tanamkan dalam mencapai tujuan dan mengembangkan komunitas
dengan men-sinergikan potensi sumber daya manusia, ekonomi dan teknologi digital.
Kami setulus hati dalam mendukung serta menjalin silaturahmi, membangun relasi, saling berbagi
dan memperluas rezeki menuju kehidupan yang lebih baik.
Dengan bergabungnya bersama komunitas Paytren Ustad Yusuf Mansur saya sekarang dapat mengisi pulsa sendiri, bayar listrik sendiri (plus bayar listrik tetangga juga), dan pesan tiket pesawat sendiri (plus pesanin tiket pesawat siapa saja yang membutuhkan).
Dan banyak lagi manfaat lainnya.
Selamat bergabung.
WhatsApp 085264653465

Rabu, 21 September 2016

Sejenak mengintip proses proses persidangan Jessica, "Kombes Nursamran tanggapi ahli dari kubu Jessica"

https://www.merdeka.com/peristiwa/kombes-nursamran-tanggapi-ahli-dari-kubu-jessica-itu-ngawur.html


Ahli toksikologi forensik Mabes Polri, Kombes Nursamran Subandi ikut menghadiri sidang ke-20 perkara dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso. Meski tidak akan bersaksi, dia mengatakan hanya ingin melihat jalannya persidangan yang menghadirkan saksi ahli toksikologi dari Universitas Indonesia Budiawan yang dihadirkan kubu Jessica.

"Itu kan yang bersaksi teman saya, dia dosen tapi kalau saya bukan. Saya yang tiap hari berkecimpung dalam hal tersebut," kata Samran di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (14/9).

Menanggapi pemaparan keterangan saksi Budiawan, Samran mengaku penjelasan rekannya itu tidak sesuai. Pasalnya, Budiawan hanya menjelaskan kesaksian berdasarkan pada teori keilmuan saja.

"Dia banyak ngawur itu, ngawur. Termasuk itu dia bilang kalau sianida dimasukkan dalam cairan maka baunya yang kecium sama pengunjung itu bakal juga menghirup dan meninggal juga. Kalau kayak gitu berarti saya juga mati dari dulu," ungkap Samran.

Samran menegaskan pernyataan tersebut hanya ada dalam buku dan teori saja. Tidak berdasarkan fakta di lapangan.

"Jadi yang diungkapkan dia itu semua cuma teori yang ada di dalam buku saja. Tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan," tegas Samran.

Jadi menurutnya bau racun sianida yang menurutnya bisa mematikan orang, yakni bila kandungan sianida sebesar yang ada dalam gelas ice kopi Vietnam dan botol.

"Ya itu tadi yang dia bilang kadar sianida segitu yang kalau dihirup bisa bikin mati. Tapi itu kan enggak jelas dalam bentuk apa. Kalau di udara ditemukan segitu ya memang mati, tapi kan kalau di udara kaya sekarang tidak sebanyak itu," jelas Samran.

"Kalau memang ada segitu ya matilah itu para pekerja tambang yang sering terkena sianida, matilah semua orang ilegal fishing yang pakai bom itu di laut. Nah yang dimaksud dia itu asam sianida HCN yang ada di udara kadarnya segitu memang bahaya," sambungnya.


Senin, 19 September 2016

Jadwal Tahapan Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017

Sejarah Pilkada

Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.[1]
Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan kepala daerah secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September 2014 memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai Gerindra berjumlah 32 orang.[2]
Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua, Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada.

Penyelenggaraan
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota.
Khusus di Aceh, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
Peserta
Kegiatan para anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia. Beberapa dari mereka berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik diseleksi untuk mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan Umum, lalu Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Khusus di Aceh, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal.

Bagaimana dengan Pilkada Jakarta?
Adapun Tahapan Pilkada Jakarta dapat kita lihat lewat ulasan dari berita kompas (19 Juli 2016).
(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/07/19/10372081/ini.jadwal.tahapan.pilkada.dki.2017)
Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI telah merampungkan jadwal tahapan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. 
Untuk pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur, KPU DKI menjadwalkan masa pendaftaran pada 19-21 September 2016, baik untuk calon perseorangan maupun dari parpol.
Pada masa pendaftaran itu, calon perseorangan harus menyertakan salinan rekapitulasi hasil verifikasi faktual yang dilakukan KPU DKI sebelum masa pendaftaran.
Salinan rekapitulasi itu untuk mengetahui apakah jumlah dukungan terhadap bakal calon telah memenuhi syarat minimal dukungan.
Sementara itu, untuk bakal calon yang diusung parpol atau gabungan parpol, selain pendaftaran yang ditandatangani ketua dan sekretaris parpol di tingkat daerah, mereka harus menyertakan surat keputusan persetujuan dari pengurus partai politik di tingkat pusat.

Setelah masa pendaftaran, KPU DKI akan melakukan verifikasi calon pada 19 September-9 Oktober 2016.
Pada masa verifikasi tersebut, KPU DKI memberikan satu kesempatan untuk memperbaiki syarat dukungan calon, baik untuk perseorangan maupun parpol, jika syarat dukungan belum terpenuhi.
Perbaikan syarat dukungan itu dilakukan pada 29 September-1 Oktober 2016.
Adapun urutan jadwal Pilkada 2017 yang telah disusun KPU DKI adalah sebagai berikut:
3 Agustus-7 Agustus 2016: penyerahan syarat dukungan perseorangan
19 September-21 September 2016: pendaftaran calon
19 September-9 Oktober 2016: verifikasi calon
22 Oktober 2016: penetapan calon
23 Oktober 2016: pengundian dan pengumuman nomor urut
26 Oktober 2016-11 Februari 2017: masa kampanye dan debat publik
12 Februari-14 Februari 2017: masa tenang
15 Februari 2017: pemungutan dan penghitungan suara
16 Februari-27 Februari 2017: rekapitulasi suara
8 Maret-10 Maret 2017: penetapan calon terpilih tanpa sengketa
Jika Pilkada DKI 2017 dilakukan dua putaran, maka pemungutandan penghitungan suara putaran kedua rencananya dilaksanakan pada 19 April 2017. Berikut adalah jadwal pelaksanaannya:
4 Maret 2017: penetapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur putaran ke-2
5 Maret-19 April 2017: rekapitulasi daftar pemilih
4 Maret-15 April 2017: sosialisasi
6 April-15 April 2017: kampanye serta penajaman visi dan misi
16 April-18 April 2017: masa tenang
19 April 2017: pemungutan dan penghitungan suara
20 April-1 Mei 2017: rekapitulasi suara
5 Mei-6 Mei 2017: penetapan calon tanpa sengketa
KPU DKI juga mengharapkan partisipasi masyarakat dalam Pilkada 2017 nanti. Sebab, target partisipasi masyarakat untuk pilkadaserentak pada 2017 mencapai 77,5 persen.
Angka tersebut meningkat 5,2 persen dari tingkat partisipasi masyarakat DKI pada Pilpres 2014, yakni sebanyak 72,3 persen.
Memang jadwal pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta masih 5 (lima) bulan lagi, yaitu pada tanggal 15 Februari 2017, tetapi mengikuti perkembangan demi perkembangan siapa yang bakal maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur sangat menarik untuk diikuti. Selain calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dipastikan akan mencalonkan kembali, masih ada calon lain yang akan maju, yaitu: Sandiaga Uno dan Yusril Ihza Mahendra.
Bagaimanapun dan siapapun calon yang ikut pada Pilkada Jakarta ini, sangat menarik untuk mengikuti perkembangannya.

Dikutip dari berbagai sumber.

Pidato Bung Tomo pada Pertempuran Surabaya

"Pidato Bung Tomo pada Pertempuran Surabaya"

Berikut ini bunyi dari pidato Bung Tomo yang pada saat itu berhasil membakar semangat para arek-arek Suroboyo untuk melawan sekutu demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bismillahirrohmanirrohim..
Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui. Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangan tentara Jepang. Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Di dalam pasukan mereka masing-masing. Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol. Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara. Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri. Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara kita semuanya. Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya. Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini tentara Inggris.
Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris !
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu. Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita. Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah. Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, Maka kita akan ganti menyerang mereka itulah kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!!!


Mengenang Hari Pahlawan, jangan lupakan pidato jihad Bung Tomo ini. Takbir yang hidup, mengusir rasa takut & membangkitkan Nyali Jihad mengusir penjajahan dan imperialisme asing.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang, sebelum mereka dilucuti tentara Sekutu.
Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Berkedok melucuti tentara Jepang, tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas nama Sekutu, dengan membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng.
Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana, sehingga pecahlah insiden Bendera 19 September 1945 di Hotel Yamato atau Hotel Orange (sekarang Hotel Mandarin Oriental Majapahit) Surabaya. Rakyat Surabaya marah dengan adanya bendera merah putih biru milik Belanda berkibar di atas menara hotel. Dan terjadilah aksi perobekan bendera warna biru, hingga menjadi merah dan putih.
Beberapa orang pemuda berhasil mendekati dan memanjat dinding serta puncak menara Hotel, berhasil menurunkan bendera Belanda dan menyobek bagian birunya serta menaikkan kembali bendera Merah-Putih dengan ukuran yang tidak seimbang dengan diiringi takbir dan pekikan “Merdeka!” yang disambut dengan gempita oleh massa yang berkerumun di di depan Hotel Orange.
Tidak gratis, dalam insiden penyobekan bendera Belanda di Hotel Orange tersebut dibayar mahal dengan gugurnya empat pemuda Arek Suroboyo, yaitu: Cak Sidik, Mulyadi, Hariono dan Mulyono. Sedangkan dari pihak Belanda, Mr Ploegman tewas terbunuh oleh amukan massa ditusuk senjata tajam.
Insiden di jalan Tunjungan Surabaya ini menyulut bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan para pejuang di Surabaya, yang memuncak dengan tewasnya Brigadir Jenderal AWS Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945.
Rongsokan mobil yang ditumpangi Brigjen Mallaby yang mengalami ledakan. Ia kemudian ditemukan tewas.
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan  meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Para pejuang tak bergeming, ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah. Pidato-pidato heroik Bung Tomo (Soetomo) adalah salah satu biangnya. Melalui stasiun Radio Pemberontak Indonesia di Surabaya, Bung Tomo mengomando dan mengobarkan semangat jihad dan perjuangan rakyat.
Ketika pasukan Sekutu menggunakan radio komunikasi militer mutakhir untuk mengkoordinir prajuritnya, Bung Tomo hanya menggunakan pemancar radio biasa, dengan kode-kode tertentu, seperti “belok kiri” artinya belok kanan, “maju” artinya mundur, dsb., yang hanya dimengerti oleh para pendengar setianya.
Sehari-hari, biasanya, pendengar radio dihibur dengan lagu-lagu perjuangan dan cerita rakyat. Sekonyong-konyong, 9 November 1945 mereka dikejutkan pekik, Takbir dan slogan ”Merdeka Atau Mati” dari Bung Tomo.
Agitator itu, seorang jurnalis yang gigih menyemangati warga Surabaya mengusir Sekutu. 45.000 pejuang kita tersentak bangkit. Waktu itu, Surabaya dipimpin oleh Gubernur Suryo. Bondo nekad, rakyat Surabaya memilih berjuang hingga titik darah penghabisan.
Tentara Sekutu pun menepati ultimatumnya. Pada 10 November 1945 pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30.000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom dari udara oleh pasukan Barat, karena mereka menolak menyerahkan senjata. Arek-arek Suroboyo ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Dua kuintal bom dijatuhkan pasukan Sekutu. Drum bensin meledak. Jam 6.10, Surabaya menjadi lautan api.
Tentara Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.
Namun di luar dugaan, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan.
Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Pemandangan tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang, bergelimpangan mayat terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari 30.000 orang. Para pejuang rela setor nyawa berjibaku mempertahankan kehormatan tanah airnya, Surabaya.
Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.
Peristiwa 10 November 1945 yang dikenal sebagai “Battle of Surabaya” merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia melawan Sekutu yakni Inggris dan Belanda. Dahsyatnya perjuangan para pahlawan berani mati melawan penjajah inilah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Dan sebagai motivator jihad mengorbankan jiwa raga ini, Bung Tomo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2008.
Biodata Bung Tomo

Nama Lengkap            : Sutomo
Nama Panggilan           : Bung Tomo
Tempat Lahir               : Surabaya, Jawa Timur
Tanggal Lahir               : 03 Oktober 1920
Agama                         : Islam
Kebangsaan                 : Indonesia
Dikenal (gelar)            : Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Kehidupan
Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur. Sutomo lebih dikenal dengan nama Bung Tomo oleh rakyat. Bung Tomo dibesarkan dalam keluarga kelas menengah, dan juga keluarga yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo adalah seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Bung Tomo mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Bung Tomo suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan agar menjadi lebih baik. Pada saat usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Bung tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Bung Tomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.

Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme. Ia pernah bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937. Setahun kemudian, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.

Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1942-1945. Saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, beliau memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo Bintarti untuk menghindari sensor Jepang. Selanjutnya, beliau menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya.

Setelah Kemerdekaan
Bung Tomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950, dan kemudian menghilang dari panggung politik karena ia tidak merasa bahagia terjun di dunia politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Pada awal tahun 1970, ia kembali dan mempunyai pandangan pendapat yang berbeda dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program yang dijalankan oleh Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras tersebut. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto.

Akhir Hidup
Pada 7 Oktober 1981 Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah, saat sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci yang harus dimakamkan di tanah suci, tapi jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
Dikutip dari berbagai sumber.
Biografi dr Sutomo Pendiri Budi Utomo


Profil dr Soetomo:
Nama
:
dr Soetomo (dr Sutomo)
Nama kecil
:
Subroto
Tanggal Lahir
:
30 Juli 1888
Tempat Lahir
:
desa Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur,
Meninggal
:
30 Mei 1938 (umur 49) di Surabaya, Jawa Timur, Indosesia (Hindia Belanda)
Kebangsaan
:
Indonesia (Hindia Belanda nama negara saat itu)
Pendidikan
:
STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), Batavia.-Sekolah dokter untuk anak-anak pribumi Hindia Belanda 1903-1911). Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.
Pekerjaan
:
dokter sejak tahun 1911 bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.
Keluarga
:
tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda.

Organisasi Budi Utomo

Budi Utomo adalah organisasi pergerakan yang pertama berdiri di Indonesia. Didirikan tanggal 20 Mei 1908 oleh para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia, yaitu sekolah dokter untuk anak-anak pribumi Hindia Belanda, sebagai ketua yang pertama adalah dr Sutomo.

Selain Sutomo, para pelajar STOVIA yang aktif dalam organisasi BU diantaranya: Gunawan, Suraji dibantu oleh Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain.

Tujuan perkumpulan Budi Utomo adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

Pada tanggal 05 Oktober 1908 Budi Utomo menyelenggarakan Kongres Pertama BU di Yogjakarta. Dalam kongres ini memutuskan Susunan Pengurus Besar Budi Utomo sbb.
Ketua                      :    Tirtokusumo (bupati Karanganyar)
Wakil ketua             :     Wahidin Sudirohusodo (dokter Jawa)
Penulis                    :    Dwijosewoyo dan Sosrosugondo (kedua-duanya guru Kweekschool), 
Bendahara               :    Gondoatmodjo (opsir Legiun Pakualaman)
Komisaris:               :    Suryodiputro (jaksa kepala Bondowoso), Gondosubroto (jaksa kepala Surakarta), dan Tjipto Mangunkusumo (dokter di Demak)

Pengambil alihan kepengurusan Budi Utomo oleh kaum tua ini malah berdampak positif, karena dana Studie Fond yang dirancang sedari semula lebih lancar mengalir dalam tujuan pemberian beasiswa untuk memajukan pendidikan pemuda Indonesia.

dr Sutomo sendiri itu saat lebih fokus pada pelajarannya/pendidikannya, hingga akhirnya berhasil lulus dari STOVIA tahun 1911, Kemudian setelah itu dr Sutomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, lalu pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan.

Tahun 1919 – 1923 dr Sutomo memperoleh kesempatan memperdalam pengetahuan melanjutkan sekolah dokter di negeri Belanda. Sekembalinya di tanah air, pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinannya, PBI berkembang pesat.

Pada tahun 1934 ada upaya menggabungkan (fusi) antara BU dan PBI, tepat di bulan Januari tahun itu dibentuklah Komisi BU-PBI. Upaya ini mendapat tanggapan positif dan disetujui oleh kedua Pengurus Besar BU dan PBI pada tahun 1935.

Di tahun akhir tahun 1935 tepatnya berlangsung tanggal 24-26 Desember diselenggarakan Kongres Peresmian Penggabungan (fusi) BU-PBI, juga merupakan kongres terakhir BU, melahirkan Partai Indonesia Raya (PARINDRA), dengan dr Sutomo secara aklamasi diangkat menjadi ketua PARINDRA.

Kali ini tujuan organisasi sangat jelas dan tegas, Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.

dr Sutomo selain sebagai dokter, dr Sutomo juga aktif di bidang politik dan kewartawanan dengan mendirikan surat kabar & majalah Panyebar Semangat di Surabaya sebagai media sarana perjuangannya. Begitulah hingga dr Sutomo tutup usia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938.

Hari kelahiran BU tanggal 20 Mei, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Dikutip dari berbagai sumber.

Jumat, 16 September 2016

"Mengenang Muhammad Ali Petinju Terbesar dari masa ke masa"

Mengingat petinju besar dengan sosok Muhammad Ali, kita pasti langsung teringat akan istilah gaya bertinjunya yaitu, "float like a butterfly sting like a bee" yang artinya kira-kira "melayang bagai kupu-kupu dan menyengat bagai lebah". Tidak ada petinju lain yang mempunyai gaya bertinju seperti beliau sampai dengan awal abad 21 ini.

Memang kesuksesan beliau dalam dunia tinju tidaklah tanpa harga yang harus dibayar beliau dengan menurunnya tingkat kecepatan berbicara beliau, tetapi hal itu tidak membuat Muhammad Ali menyesal selama ini telah terjun ke dunia tinju, beliau menjawab pertanyaan orang yang mengatakan bahwa dia (ali) sekarang ini berbicara lamaban. " Orang mengatakan, saya berbicara lamban sekarang, itu tak mengejutkan. Saya menghitung telah melepaskan 29.000 pukulan. Namun, saya menghasilkan 57 juta dollar AS dan menabung separuhnya. Jadi, saya rela menerima beberapa pukulan keras. Anda tahu berapa banyak orang kulit hitam tewas tiap tahun akibat senjata api atau senjata tajam tanpa uang sepeser pun? Saya mungkin berbicara lamban, tetapi pikiran saya tidak." - Ali, 20 Januari 1984. 

Ketika ada yang bertanya kepada beliau pada waktu konferensi pers 28 Oktober 1984 kira-kira mengenai akibat dari pukulan-pukulan yang diterimanya selama ini yang menyebabkannya menderita parkinson, beliau menjawab : " Apa yang saya derita secara fisik sepadan dengan yang saya capai dalam kehidupan. Seorang pria yang tak cukup berani untuk mengambil resiko tak akan mencapai apapun dalam hidupnya".

Petinju ini mungkin telah banyak menginspirasi banyak orang untuk tidak ragu-ragu menekuni apa yang menjadi kegemarannya.

Selamat jalan Muhammad Ali.

Kamis, 09 Februari 2012

Fenomena Paling mengharukan di Pengadilan Arab Saudi


Di salah satu pengadilan di Kota Qasim Negara Arab Saudi, berdiri Hizan al Fuhaidi dengan air mata yang bercucuran sehingga membasahi janggutnya,,!! Kenapa??? Karena ia kalah di pengadilan terhadap perseteruannya dengan saudara kandungnya!! Tentang apakah perseteruannya dengan saudaranya?? Tentang tanah kah?? atau warisan yang mereka saling perebutkan??.

Bkn krn itu semua!! Ia kalah terhadap saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yg sdh tua renta & bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yg telah keriput,,
Seumur hidupnya, beliau tinggal dg Hizan al Fuhaidi yg selama ini menjaganya,,
Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yg tinggal di kota lain, utk mengambil ibunya agar tinggal bersamanya, dengan alasan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas lain-lainnya di kota jauh lebih lengkap drpd di desa,,
Namun Hizan menolak dengan alasan, selama ini ia mampu utk menjaga ibunya. Perseteruan ini tdk berhenti sampai di sini, hingga berlanjut ke pengadilan!!
Sidang demi sidang dilalui,, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis..
Kedua bersaudara ini membopong ibunya yg sdh tua renta yg beratnya sdh tdk sampai 40 Kg!!
Sang Hakim bertanya kpdnya, siapa yg lbh berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun menjawab , sambil menunjuk ke Hizan, "Ini mata kananku!" kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, "Ini mata kiriku!!
Sang Hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kpd adik Hizan, brdasar kemaslahatan-kemaslahan bagi si ibu!!

Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan!! Air mata penyesalan krn tdk bisa memelihara ibunya tatkala beliau tlh menginjak usia lanjutnya!!
Dan, betapa terhormat dan agungnya sang ibu!! yg diperebutkan oleh anak2nya hingga seperti ini,,!!

Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu dan mutiara termahal bagi anak2nya!!
Ini adalah pelajaran mahal tentang berbakti orang tua,, tatkala durhaka sudah menjadi budaya,, Selanjutnya, kita hanya dapat berdoa "Ya ALLAH, Ya Tuhan kami!! Anugerahkanlah kepada kami keridhoan ibu dan ayah kami dan berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbakti kepada mereka!!" Aaamiiinn!!!
Oleh: Ali Hasan Bawazer
(izin share: diambil dari tautan facebook Ahmad Fahmi)